Surat Ali ‘Imran Ayat 61

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

فَمَنْ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا۟ نَدْعُ أَبْنَآءَنَا وَأَبْنَآءَكُمْ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمْ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَل لَّعْنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلْكَٰذِبِينَ

Arab-Latin: Fa man ḥājjaka fīhi mim ba'di mā jā`aka minal-'ilmi fa qul ta'ālau nad'u abnā`anā wa abnā`akum wa nisā`anā wa nisā`akum wa anfusanā wa anfusakum, ṡumma nabtahil fa naj'al la'natallāhi 'alal-kāżibīn

Artinya: Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.

« Ali 'Imran 60Ali 'Imran 62 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Kandungan Mendalam Berkaitan Surat Ali ‘Imran Ayat 61

Paragraf di atas merupakan Surat Ali ‘Imran Ayat 61 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada beragam kandungan mendalam dari ayat ini. Ada beragam penjabaran dari banyak ahli tafsir berkaitan isi surat Ali ‘Imran ayat 61, di antaranya seperti tertera:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Maka barangsiapa yang mendebatmu (wahai rosul) tentang al-masih Isa anaknya Maryam setelah datang kepadamu ilmu tentang perkara Isa , maka katakanlah kepada mereka, “marilah kita hadirkan bapak-bapak kami dan bapak-bapak kalian, juga istri-istri kami dan istri-istri kalian, serta diri-diri kami dan diri-diri kalian. Kemudian kita menghadap kepada Allah dengan do’a supaya dia turunkan siksaan dan laknat Nya kepada orang-orang yang berdusta dalam ucapan mereka, dan terus menerus dalam pembangkangan mereka.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

61. Bila ada yang membantahmu -wahai Rasul- dari kalangan orang-orang Nasrani tentang Isa yang menganggap bahwa dia bukan hamba Allah setelah engkau mendapatkan pengetahuan yang benar tentang dia, maka katakanlah kepada mereka, “Mari kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri (laki-laki) kami dan diri (laki-laki) kamu, dan kita berkumpul di satu tempat, kemudian kita bersama-sama memanjatkan doa kepada Allah agar Dia menurunkan laknat-Nya kepada siapa yang berbohong di antara kami dan kamu.”


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

61. فَمَنْ حَآجَّكَ (Siapa yang membantahmu )
Wahai Muhammad.

فِيهِ ( tentang kisah Isa)
Yakni tentang Nabi Isa, bahwa mereka mengklaim Isa adalah Tuhan.
Dan orang-orang Nasrani dari kota Najran telah membantahnya dengan klaim ini, Rasulullah pun mengajak mereka untuk bermubahalah sebagaimana kisah yang akan disebutkan sebentar lagi.
Dan sebagian ulama mengatakan apabila seorang Nasrani mendebatmu dalam hal ini maka ajaklah dia untuk bermubahalah.

مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ( sesudah datang ilmu)
Yakni setelah Allah mengabarkan kamu tentang hakikat yang sesungguhnya dari hal ini pada ayat ayat yang telah lalu.

فَقُلْ تَعَالَوْا۟( maka katakanlah (kepadanya): “Marilah)
Yakni kesini dan datanglah.

نَدْعُ أَبْنَآءَنَا ( memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu)
Yakni untuk memanggil setiap dari kita anak-anak dan istri-istrinya beserta dirinya untuk melakukan mubahalah.

نَبْتَهِلْ ( marilah kita bermubahalah)
Asli makna dari kata (الابتهال) adalah bersungguh-sungguh dalam berdoa yang berisi laknat dan lainnya dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi.

فَنَجْعَل لَّعْنَتَ اللهِ عَلَى الْكٰذِبِينَ ( supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta)
Yakni agar kita semua berdoa yang berbunyi: Ya Allah jadikanlah laknat-Mu atas orang yang berdusta diantara kita dan mereka.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

61 Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa tanpa kebenaran sesudah ada wahyu yang meyakinkan kamu, maka katakanlah kepadanya: “Marilah kita memanggil anak-anak kita dan juga isteri-isteri kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta atas Isa.


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Siapa saja yang membantahmu dalam hal ini} mendebatmu tentang perkara Isa {setelah datang ilmu kepadamu, maka katakanlah, “Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah} merendahkan diri dengan berdoa {agar kita menjadikan laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta.”


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

59-62. Ketika Allah memberitakan tentang kisah Maryam dan Nabi Isa, dan berita tersebut adalah suatu kebenaran, dan bahwasanya beliau adalah seorang hamba yang telah diberikan oleh Allah karunia atasnya, dan bahwa barangsiapa yang menduga bahwa ada suatu sifat ketuhanan padanya, ia telah mendustai seluruh nabi-nabiNya dan mendustai Isa. Sesungguhnya syubhat yang terjangkit pada orang yang menjadikan beliau itu sebagai tuhan adalah syubhat yang sangat batil. Sekiranya ada sedikit saja kebenaran dalam hal itu, maka pastilah Nabi adam lebih berhak dikultuskan sebagai tuhan, karena beliau diciptakan tanpa ayah dan ibu. Tapi sekalipun demikian, seluruh manusia bersepakat bahwasanya beliau itu adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah, maka klaim ketuhanan Isa yang didasari oleh penciptaannya hanya dengan seorang ibu tanpa ayah merupakan klaim yang paling batil dari tuduhan-tuduhan yang ada. Inilah yang haq, yang tidak ada keraguan padanya yaitu bahwa Isa itu adalah sebagaimana yang beliau sendiri katakan tentang dirinya.
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu" QS –Al- Maidah: 117-
Pernah Datang kepada Nabi delegasi kaum Nasrani daerah Najran di mana mereka bersikeras dalam kebatilan mereka setelah Nabi menegakkan atas mereka hujjah-hujjah dan keterangan yang jelas bahwasanya Isa itu adalah seorang hamba Allah dan RasulNya dimana mereka meyakini ketuhanannya. Sikap keras kepala mereka telah sampai pada titik dimana Allah memerintahkan kepada beliau agar menantang mereka untuk bermubahalah karena sesungguhnya kebenaran itu telah jelas bagi mereka, akan tetapi kedurhakaan dan fanatisme telah menghalangi mereka dari menerima kebenaran tersebut. Maka Rasulullah menantang mereka untuk bermubahalah di mana mereka menghadirkan keluarga dan anak-anak mereka dan beliau pun menghadirkan keluarga dan anak-anak beliau kemudian mereka semua berdoa kepada Allah agar menurunkan siksa dan laknatNya atas orang-orang yang berdusta. Kemudian mereka mengadakan musyawarah dahulu apakah mereka menerima tantangan itu, dan akhirnya keputusan mereka sepakat untuk tidak akan meladeni tantangan tersebut karena mereka yakin bahwa beliau itu benar-benar Nabi Allah dan bahwa apabila mereka menerima tantangan itu, pastilah mereka beserta keluarga dan anak-anak mereka akan celaka, maka akhirnya mereka meminta perjanjian damai dengan beliau dengan memberikan kepada beliau bayaran jizyah, lalu Rasulullah menerima keputusan mereka tersebut dan tidak mengusir mereka, karena maksud yang diinginkan telah terpenuhi yaitu jelasnya kebenaran. Tampak jelaslah kedurhakaan mereka di mana mereka bersikeras untuk tidak menerima tantangan tersebut, dan hal itu menjelaskan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.
Oleh karena itu Allah berfirman, “Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar,” yaitu kisah yang tidak ada keraguan padanya. “Dan sesungguhnya Allah, Dia-lah yang Mahaperkasa,” yakni, yang dengan kekuasaan dan kekuatanNya menguasai seluruh makhluk yang tunduk patuh kepadaNya dari penghuni langit dan bumi. Dan bersama itu, Dia “mahabijaksana” Yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan menempatkannya pada posisinya yang tepat.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 59-63
Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah) dalam kekuasaan Allah SWT sebagaimana Dia menciptakannya tanpa ayah (adalah seperti (penciptaan) Adam) Allah SWT menciptakannya tanpa ayah dan ibu. Bahkan (Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia) Dia menciptakannya dari tanah tanpa ayah. Dia mampu menciptakan nabi Isa dengan cara yang lebih baik dan lebih pantas. Jika diperbolehkan klaim bahwa dia adalah anak Tuhan karena dia diciptakan tanpa ayah, maka penciptaan nabi Adam melebihi hal itu melalui cara yang pertama. Diketahui secara sepakat bahwa klaim itu adalah salah. Mereka mengklaim hal itu untuk nabi Isa adalah kebathilan yang parah dan kerusakan yang nyata. Akan tetapi, Tuhan yang Maha Luhur menginginkan untuk menunjukkan kekuasaanNya dalam menciptakannya ketika Dia menciptakan nabi Adam tanpa ada laki-laki maupun perempuan, Dia juga menciptakan Hawa dari seorang laki-laki tanpa seorang perempuan. Dia menciptakan nabi Isa dari seorang perempuan tanpa seorang laki-laki, seperti halnya dengan ciptaan yang lainnya dari laki-laki dan perempuan. Itulah sebabnya Allah berfirman dalam Surah Maryam: (dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia) [Surah Maryam: 21], dan di sini Allah SWT berfirman: (itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu) yaitu yaitu bahwa firman yang benar ini tentang nabi Isa yang tidak ada yang menyingkirkannya dan tidak ada yang benar selain itu, serta tidak ada sesuatu setelah kebenaran selain kesesatan.
Kemudian Allah SWT memerintahkan RasulNya untuk bermubahalah dengan orang yang membantah kebenaran tentang perkara nabi Isa setelah adanya keterangan yang jelas: (Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu) yaitu kami mendatangi mereka dengan keadaan untuk melakukan mubahalah (kemudian marilah kita bermubahalah) yaitu memohon agar dilaknat (dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta) yaitu di antara kami atau kalian. Alasan turunnya perintah mubahalah ini dan ayat sebelumnya dari awal surah sampai sini adalah kunjungan delegasi Nasrani dari Najran, ketika mereka datang dan mengajukan argumen-argumen mengenai nabi Isa, mereka menganggap sesuatu yang mereka anggap bahwa nabi Isa adalah anak Tuhan dan bahkan Tuhan. Maka Allah menurunkan ayat-ayat ini sebagai dasar surah ini untuk membalas argumen mereka.
Diriwayatkaan dari Hudzaifah, dia berkata: Datanglah dua orang, Al-'Aqib dan As-Sayyid, dua penduduk Najran kepada Rasulullah SAW, mereka ingin mengutuk beliau. Salah seorang dari mereka berkata kepada temannya: “Jangan melakukannya, demi Allah, jika dia memang seorang nabi, jika kita mengutuknya, maka kita tidak akan berhasil dan begitu juga keturunan kita. Mereka berdua berkata: “Kami akan memberimu apa yang kalian minta dan kirimkanlah bersama kami seseorang yang terpercaya, dan janganlah kamu mengutus dengan kami kecuali seseorang yang terpercaya. Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh aku akan mengirim bersama kalian seseorang yang terpercaya, sungguh, dia adalah orang yang benar-benar terpercaya” Lalu sahabat-sahabat Rasulullah SAW meninggikannya. Kemudian Nabi SAW bersabda,”Berdirilah wahai Abu Ubaidah bin Al-Jarrah” Ketika dia bangkit, Rasulullah SAW bersabda: 'Ini adalah amanah bagi umat ini.”
Kemudian Allah SWT berfirman: (Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar) yaitu ini adalah kisah yang telah Kami sampaikan kepadamu, wahai Muhammad, tentang perkara Isa. Ini adalah kebenaran yang tidak ada yang dapat mengubahnya atau menyingkirkannya. (dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (62) Kemudian jika mereka berpaling) yakni hal ini kepada yang lain (maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan) maka siapa yang berpaling dari kebenaran menuju kebathilan. Maka dia adalah orang yang berbuat kerusakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui hal itu. Dia akan membalas hal tersebut dengan balasan paling buruk. Dia Maha Kuasa yang tidak ada satupun yang luput dari Allah SWT dan Kami memohon perlindungan dari kemurkaanNya.


📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Ali ‘Imran ayat 61: Maka barangsiapa membantahmu di tentang itu, sesudah datang pengetahuan kepadamu, katakanlah (kepada mereka): "Marilah kita ajak anak-anak kami dan anak anak kamu, dan perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuan kamu, dan kaum kami dan kaum kamu, kemudian kita berdo'a dan kita jadikan laknat Allah atas orang-orang yang dusta.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Yakni setelah kamu menyampaikan bukti-bukti yang jelas yang menerangkan bahwa Isa adalah hamba Allah, bukan tuhan, namun ternyata ia tetap membantahmu, maka mendebatnya lagi tidak ada faedah. Oleh karena itu, ajaklah mereka bermubahalah (saling berdo'a menimpakan laknat kepada yang berdusta).

Misalnya menyangka bahwa kedudukannya mencapai posisi tuhan.

Yakni bahwa Isa adalah hamba Allah, bukan tuhan, dan bahwa ia adalah utusan Allah.

Saat itu, keluar bersama Beliau Al Hasan dan Al Husain, Fathimah dan Ali, Beliau memerintahkan mereka mengamini do'a Beliau, namun ternyata utusan Nasrani Najran tidak berani dan berdamai dengan membayar jizyah (pajak).

Mubahalah ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat berdoa kepada Allah dengan sungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 61

Setelah beberapa ayat sebelumnya dipaparkan kekeliruan anggapan kaum nasrani bahwa Allah mempunyai anak, sekaligus menunjukkan bukti-bukti kekeliruannya, namun mereka tetap menolaknya, maka sebagai jalan terakhir untuk membuktikan siapa yang paling benar antara mereka yang menganggap isa sebagai anak tuhan atau isa sebagai rasul Allah, dilakukanlah doa muba'halah. Siapa yang membantahmu dalam hal ini, yaitu keberadaan isa sebagai manusia biasa dan sebagai utusan Allah, setelah engkau memperoleh ilmu atau pengetahuan tentang hal itu, maka katakanlah, wahai nabi Muhammad, marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kalian, istri-istri kami dan istri-istri kalian, kami sendiri dan kalian juga, kemudian marilah kita ber-Mubahalah, yaitu masing-masing pihak yang berbeda pendapat berdoa kepada tuhan dengan sungguh-sungguh, agar laknat Allah ditimpakan kepada orangorang yang dusta. Hanya saja, peristiwa mubahalah ini pada akhirnya tidak terjadi, sebab orang-orang nasrani najran tidak berani datang, karena dalam hati mereka sejatinya memang membenarkan kerasulan nabi Muhammad. Ayat selanjutnya menegaskan tentang kebenaran kisah-kisah dalam Al-Qur'an. Sungguh, kisah isa bin maryam yang berakhir dengan doa muba'halah ini dan juga kisah-kisah lain dalam Al-Qur'an adalah kisah atau kumpulan informasi yang memberi petunjuk kepada agama yang benar dan membawanya kepada kebenaran hakiki, sekaligus bukti keesaan Allah yang tidak ada tuhan selain Allah, dan sungguh, Allah bukan saja mahakuasa tetapi juga mahaperkasa sehingga tidak ada seorang pun yang mampu mengalahkan-Nya, mahabijaksana dalam setiap pengaturan-Nya.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikianlah pelbagai penjabaran dari berbagai ahli ilmu berkaitan isi dan arti surat Ali ‘Imran ayat 61 (arab-latin dan artinya), moga-moga memberi kebaikan bagi kita semua. Sokong usaha kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Link Paling Sering Dicari

Ada berbagai konten yang paling sering dicari, seperti surat/ayat: Bismillah, Al-Lahab, Quraisy, Al-Qari’ah, An-Nisa 59, Al-Ma’idah 3. Ada juga Al-Kahfi 1-10, An-Naziat, Yusuf, Al-‘Ashr, Az-Zumar 53, An-Nashr.

  1. Bismillah
  2. Al-Lahab
  3. Quraisy
  4. Al-Qari’ah
  5. An-Nisa 59
  6. Al-Ma’idah 3
  7. Al-Kahfi 1-10
  8. An-Naziat
  9. Yusuf
  10. Al-‘Ashr
  11. Az-Zumar 53
  12. An-Nashr

Pencarian: quran al baqarah, ayat 2 terakhir al baqarah, surat al-anbiya ayat 19, surat al isra ayat 1 beserta artinya, surat 3 ayat 25

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: