Surat ‘Abasa Ayat 16

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

كِرَامٍۭ بَرَرَةٍ

Arab-Latin: Kirāmim bararah

Artinya: Yang mulia lagi berbakti.

« 'Abasa 15'Abasa 17 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Tafsir Mendalam Tentang Surat ‘Abasa Ayat 16

Paragraf di atas merupakan Surat ‘Abasa Ayat 16 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada kumpulan tafsir mendalam dari ayat ini. Ditemukan kumpulan penjabaran dari banyak ahli tafsir terkait isi surat ‘Abasa ayat 16, di antaranya seperti terlampir:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

8-16. Orang yang sangat berharap bertemu denganmu, Dia takut kepada Allah karena tidak berusaha maksimal untuk mendapatkan bimbingan, Kamu justru mengabaikannya. Perkaranya tidak sebagaimana yang kamu perbuat (wahai rasul). Sesungguhnya surat ini yang mengandung hidayah yang merupakan nasihat bagimu dan bagi siapapun yang menginginkan nasihat. Barangsiapa berkehendak, dia mengingat Allah dan mengikuti wahyu NYA, Yaitu al-qur’an yang tercantum lembaran lembaran yang di agungkan dan di hormati, Kedudukannya tinggi, disucikannya dari noda keburukan,penambahan dan pengurangan, Ditangan para malaikat para penulis, para delegasi antara Allah dengan makhluk NYA, Yang mulia akhlaknya, akhlak-akhlak dan perbuatan-perbuatan mereka baik dan suci.


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

16. Yang mulia di sisi Rabb mereka, banyak melakukan perbuatan-perbuatan baik dan taat.


📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

16. كِرَامٍۭ (yang mulia)
Yakni mulia di sisi Allah.

بَرَرَةٍ(lagi berbakti)
Taat kepada Tuhan mereka dan memiliki keimanan yang tulus.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

16. Malaikat-malaikat yang mulia dan luhur di sisi Allah, bertakwa kepada Allah dan taat kepada perintah Allah


📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{yang mulia lagi berbuat baik} banyak berbuat kebaikan dan ketaatan


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Ayat 11-16
Allah berfirman, “sekali-kali jangan (demikian)! Sesunggguhnya ajaran-ajaran Rabb itu adalah sesuatu peringatan,” yakni, benar nasihat ini adalah peringatan dari Allah yang dijadikan sebagai peringatan untuk hamba-hambaNya, dan Allah menjelaskan semua yang diperlukan manusia dalam kitab-Nya serta memberi penjelasan antara petunjuk dan kesesatan. Bila hal itu telah jelas, “maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,” yakni mempraktikannya. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah,
“Dan katakanlah, ‘kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir), biarlah ia kafir.”(Al-Kahfi:29).
Kemudian Allah sebutkan tempat peringatan ini dan mengagungkannya serta mengangkat derajatnya seraya berfirman, “Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan,” yakni kemualiaan dan derajatnya, “lagi disucikan,” dari berbagai kotoran dan agar tidak diraih oleh tangan-tangan setan atau dicuri, tapi ia berada “di tangan para penulis (malaikat),” mereka adalah para malaikat yang menjadi duta antara Allah dan hamba-hambaNya, “yang mulia,” yakni yang banyak kebaikan dan berkahnya, “lagi berbakti,” baik hati dan baik amal mereka.
Semua itu demi menjaga kitab Allah dengan mengutus para duta malaikat yang mulia, kuat, dan bertakwa, sehingga setan tidak memiliki cara untuk mendekatinya. Dan ini mengharuskan untuk diimani dan diterima.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 1-16
Banyak mufasir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW suatu hari berbicara dengan salah satu pembesar Quraisy, yang beliau sangat menginginkan dia masuk Islam. Ketika beliau SAW sedang berbicara dengan suara yang perlahan dengannya, tiba-tiba Ibnu Ummi Maktum yang merupakan salah seorang yang telah masuk Islam sejak lama datang. Kemudian dia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sesuatu dengan pertanyaan yang mendesak. Dan Nabi SAW saat itu sangat menginginkan jika dia diam dan tidak mengganggunya, agar beliau dapat berbicara dengan orang yang diajak bicara itu karena beliau sangat menginginkannya mendapat petunjuk. Maka beliau bermuka masam terhadap Ibnu Ummi Maktum dan memalingkan wajah darinya serta hanya melayani yang lain. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1) karena telah datang seorang buta kepadanya (2) Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) (3)) yaitu menginginkan agar dirinya suci dan bersih dari segala dosa (atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (4)) yaitu memperoleh pelajaran untuk dirinya sehingga dia menahan dirinya dari hal-hal yang diharamkan (Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (5) maka kamu melayaninya (6)) yaitu, adapun orang yang kaya, maka kamu melayaninya dengan harapan dia mendapat petunjuk (Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) (7)) yaitu, kamu tidak akan bertanggungjawab mengenainya jika dia tidak mau membersihkan dirinya (Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) (8) sedangkan ia takut (kepada Allah) (9)) yaitu dengan sengaja datang kepadamu untuk mendapat petunjuk dengan apa yang kamu katakan kepadanya (maka kamu mengabaikannya (10)) yaitu, kamu mengacuhkan dia. Dan setelah kejadian ini Allah SWT memerintahkan kepada RasulNya SAW untuk tidak mengkhususkan peringatan terhadap seseorang saja, melainkan harus menyamakan di antara semuanya. tidak dibedakan antara orang yang mulia dan orang yang lemah, orang miskin dan orang kaya, orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan, serta anak-anak dan orang dewasa. Kemudian Allah akan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus. MilikNyalah hikmah yang jelas dan hujjah yang kuat.
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata tentang firman Allah SWT: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1)) Ibnu Ummi Maktum datang kepada Nabi SAW yang saat itu sedang berbicara dengan Ubay bin Khalaf, maka beliau SAW berpaling dari Ibnu Ummi Maktum, lalu Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (2) karena telah datang seorang buta kepadanya (2)) Maka setelah itu Nabi SAW selalu menghormatinya.
Firman Allah SWT: (Sekali-kali jangan (demikian, Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. ('Abasa: 11) yaitu, surah ini atau perintah menyamakan kedudukan antara semua manusia dalam menyampaikan pengetahuan, antara orang yang mulia dan orang yang lemah.
Qatadah dan As-Suddi berkata tentang firmanNya: (Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan (11)) yaitu Al-Qur'an (maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya (12)) yaitu, barang siapa yang menghendaki, maka dia dapat mengingat Allah SWT dalam semua urusannya. Bisa ditafsirkan bahwa dhamirnya merujuk kepada wahyu berdasarkan konteks pembicaraan berkaitan dengannya.
Firman Allah SWT: (di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (13) yang ditinggikan lagi disucikan (14)) yaitu surah ini atau pelajaran ini, keduanya saling berkaitan, bahkan Al-Qur'an seluruhnya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yaitu diagungkan dan dimuliakan (yang ditinggikan) yaitu, mempunyai kedudukan tinggi (lagi disucikan) yaitu disucikan dari hal yang kotor, penambahan, dan pengurangan.
Firman Allah SWT: (di tangan para penulis (15))
Ibnu Abbas dan Ibnu Zaid berkata bahwa maknannya adalah para malaikat.
Qatadah berkata bahwa mereka adalah para ahli qiraat.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang shahih adalah bahwa “As-safarah” adalah para malaikat, yaitu para malaikat antara Allah SWT dengan makhlukNya. Dan termasuk di dalamnya yaitu dikatakan “As-safir” yaitu orang yang menghubungkan antara manusia dalam perdamaian dan kebaikan. Sebagaimana yang dikatakan penyair:
“Aku belum pernah mengabaikan perantara di antara kaumku, dan aku belum pernah berjalan untuk tujuan menipu”
Imam Bukhari berkata bahwa “safarah” adalah para malaikat. “Safarat” yaitu membuat perdamaian di antara mereka. Para malaikat yang menurunkan wahyu Allah SWT dan menyampaikannya itu seperti orang yang mendamaikan di antara kaum
Firman Allah SWT: (yang mulia lagi berbakti (16)) yaitu rupa mereka mulia, baik, dan terhormat. Akhlak dan perbuatan mereka baik, suci dan sempurna. Maka berdasarkan hal ini orang yang menghafal Al-Qur'an hendaknya berada dalam jalan yang lurus dan petunjuk dalam semua perbuatan dan ucapannya.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang membaca Al-Qur'an, sedangkan dia pandai membacanya maka dia bersama dengan para malaikat safarah yang mulia dan berbakti. Adapun orang yang membacanya, sedangkan dia melakukannya dengan berat, baginya dua pahala”Ayat 1-16
Banyak mufasir menyebutkan bahwa Rasulullah SAW suatu hari berbicara dengan salah satu pembesar Quraisy, yang beliau sangat menginginkan dia masuk Islam. Ketika beliau SAW sedang berbicara dengan suara yang perlahan dengannya, tiba-tiba Ibnu Ummi Maktum yang merupakan salah seorang yang telah masuk Islam sejak lama datang. Kemudian dia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang sesuatu dengan pertanyaan yang mendesak. Dan Nabi SAW saat itu sangat menginginkan jika dia diam dan tidak mengganggunya, agar beliau dapat berbicara dengan orang yang diajak bicara itu karena beliau sangat menginginkannya mendapat petunjuk. Maka beliau bermuka masam terhadap Ibnu Ummi Maktum dan memalingkan wajah darinya serta hanya melayani yang lain. Maka Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1) karena telah datang seorang buta kepadanya (2) Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) (3)) yaitu menginginkan agar dirinya suci dan bersih dari segala dosa (atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (4)) yaitu memperoleh pelajaran untuk dirinya sehingga dia menahan dirinya dari hal-hal yang diharamkan (Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (5) maka kamu melayaninya (6)) yaitu, adapun orang yang kaya, maka kamu melayaninya dengan harapan dia mendapat petunjuk (Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman) (7)) yaitu, kamu tidak akan bertanggungjawab mengenainya jika dia tidak mau membersihkan dirinya (Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) (8) sedangkan ia takut (kepada Allah) (9)) yaitu dengan sengaja datang kepadamu untuk mendapat petunjuk dengan apa yang kamu katakan kepadanya (maka kamu mengabaikannya (10)) yaitu, kamu mengacuhkan dia. Dan setelah kejadian ini Allah SWT memerintahkan kepada RasulNya SAW untuk tidak mengkhususkan peringatan terhadap seseorang saja, melainkan harus menyamakan di antara semuanya. tidak dibedakan antara orang yang mulia dan orang yang lemah, orang miskin dan orang kaya, orang merdeka dan budak, laki-laki dan perempuan, serta anak-anak dan orang dewasa. Kemudian Allah akan memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki kepada jalan yang lurus. MilikNyalah hikmah yang jelas dan hujjah yang kuat.
Diriwayatkan dari Anas, dia berkata tentang firman Allah SWT: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (1)) Ibnu Ummi Maktum datang kepada Nabi SAW yang saat itu sedang berbicara dengan Ubay bin Khalaf, maka beliau SAW berpaling dari Ibnu Ummi Maktum, lalu Allah SWT menurunkan firmanNya: (Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling (2) karena telah datang seorang buta kepadanya (2)) Maka setelah itu Nabi SAW selalu menghormatinya.
Firman Allah SWT: (Sekali-kali jangan (demikian, Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. ('Abasa: 11) yaitu, surah ini atau perintah menyamakan kedudukan antara semua manusia dalam menyampaikan pengetahuan, antara orang yang mulia dan orang yang lemah.
Qatadah dan As-Suddi berkata tentang firmanNya: (Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan (11)) yaitu Al-Qur'an (maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya (12)) yaitu, barang siapa yang menghendaki, maka dia dapat mengingat Allah SWT dalam semua urusannya. Bisa ditafsirkan bahwa dhamirnya merujuk kepada wahyu berdasarkan konteks pembicaraan berkaitan dengannya.
Firman Allah SWT: (di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (13) yang ditinggikan lagi disucikan (14)) yaitu surah ini atau pelajaran ini, keduanya saling berkaitan, bahkan Al-Qur'an seluruhnya, di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yaitu diagungkan dan dimuliakan (yang ditinggikan) yaitu, mempunyai kedudukan tinggi (lagi disucikan) yaitu disucikan dari hal yang kotor, penambahan, dan pengurangan.
Firman Allah SWT: (di tangan para penulis (15))
Ibnu Abbas dan Ibnu Zaid berkata bahwa maknannya adalah para malaikat.
Qatadah berkata bahwa mereka adalah para ahli qiraat.
Ibnu Jarir berkata bahwa pendapat yang shahih adalah bahwa “As-safarah” adalah para malaikat, yaitu para malaikat antara Allah SWT dengan makhlukNya. Dan termasuk di dalamnya yaitu dikatakan “As-safir” yaitu orang yang menghubungkan antara manusia dalam perdamaian dan kebaikan. Sebagaimana yang dikatakan penyair:
“Aku belum pernah mengabaikan perantara di antara kaumku, dan aku belum pernah berjalan untuk tujuan menipu”
Imam Bukhari berkata bahwa “safarah” adalah para malaikat. “Safarat” yaitu membuat perdamaian di antara mereka. Para malaikat yang menurunkan wahyu Allah SWT dan menyampaikannya itu seperti orang yang mendamaikan di antara kaum
Firman Allah SWT: (yang mulia lagi berbakti (16)) yaitu rupa mereka mulia, baik, dan terhormat. Akhlak dan perbuatan mereka baik, suci dan sempurna. Maka berdasarkan hal ini orang yang menghafal Al-Qur'an hendaknya berada dalam jalan yang lurus dan petunjuk dalam semua perbuatan dan ucapannya.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Orang yang membaca Al-Qur'an, sedangkan dia pandai membacanya maka dia bersama dengan para malaikat safarah yang mulia dan berbakti. Adapun orang yang membacanya, sedangkan dia melakukannya dengan berat, baginya dua pahala”


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah (Komite Fatwa Majelis Ulama KSA)

Yaitu Malaikat yang mulia akhlaqnya dan berbakti serta taat atas apa yang doperintahakan kepada mereka, dan syaithon-syaithon tidak akan mampu mendekati Al-Qur'an yang diturunkan itu , Allah berfirman : { وَمَا تَنَزَّلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ , وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ , إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ } ( Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan. ,
Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun tidak akan kuasa. , Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu. ) [ Asy- Syu'ara' : 210-212 ] , mereka benar-benar dijauhkan dari Al-Qur'an , dan hanya Malaikat yang mulia lah yang membawa Al-Qur'an .

Begitupun dengan kitab-kitab Allah lainnya juga dibawa oleh para malaikat yang mulia , dan syaithon tidak akan pernah bisa mendekatinya .

Allah menyebut malaikat itu dengan sebutan { كِرَامٍ } dari kata ( الكَرَم ) kemuliaan , yakni yang berwibawa atau bermartabat , mereka dimuliakan oleh Allah sang pencipta dan juga dimuliakan oleh hamba-hamba Allah , berbeda dengan syaithon yang sangat dihinakan dan direndahkan dari segala hal .

{ بَرَرَةٍ } yaitu berbakti , adalah lawan kata dari durhaka ( bermaksiat ) , Malaikat tidak akan pernah terjerumus pada kemaksiatan dan kesalahan serta pelanggaran apapun , karena Allah telah menjaga mereka dari semua hal itu .

Kemudian Allah menjelaskan keadaan manusia jika Allah belum memberikan kepadanya Hidayah , jika Dia belum memuliakannya , jika Allah belum menghendaki padanya keimanan , maka sesungguhnya dia adalah manusia paling hina , dan seburuk-buruknya makhluk , Allah berfirman : { لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ , ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ , إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ } ( Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. , Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), , Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. ) [ At-Tin : 4-6 ] , sedangkan mereka yang menyatakan keimanannya kepada Allah maka tempat mereka disisi Tuhannya adalah kedudukan yang paling tinggi , adapun mereka yang terperosok ke dalam perbuatan yang jahat maka sesungguhnya dia termasuk kedalam golongan makhluk yang paling buruk dan hina , Allah berfirman : { أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا } ( Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ) [ Al-Furqon : 44 ]


📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 H

كِرَامٍ " yang mulia " maknanya: Mereka mulia akhlaknya, dan mulia dalam bentuk penciptaannya, karena meraka tercipta dalam bentuk terbaik, dan dengan akhlak terbaik بَرَرَةٍ adalah bentuk jamak dari البَرُّ [al-Barru] yang berarti banyak keutamaan dan kebaikannya, oleh karenanya Allah mensifati malaikat bahwa mereka pencatat yang mulia, mengetahui yang kalian (manusia) lakukan, dan mereka juga tidak enggan (sombong) untuk ibadah kepada Allah, tidak pernah letih, mereka bertasbih di waktu malam dan siang, tidak pernah bosan.

Ayat ini mengandung pendidikan Allah Azza Wa Jalla kepada manusia agar tidak mementingkan person tertentu namun hendaknya lebih mementingkan yang bersifat maknawi, dan tidak mengutamakan orang yang punya kedudukan karena kedudukannya, atau orang besar karena kebesarannya, atau orang yang dekat karena kedekatannya dalam berdakwah kepada Allah , namun manusia itu semua sama rata dalam dakwah kepada Allah , yang miskin, yang kaya, besar, kecil, dekat atau jauh. Dalamnya juga terkandung, santunnya Allah ‘Azza wa Jalla dalam berinteraksi dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pertama-tama Allah berfirman: عَبَسَ وَتَوَلَّى (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya.” Tiga kalimat Allah tidak langsung berinteraksi dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam , karena jikalau itu teguran kepada Rasul secara langsung maka itu sangat keras namun kalimat tersebut datang dengan kataganti orang ke tiga عَبَسَ “Dia Berwajah masam” Kalau dilihat dari konsekuensi kondisi, maka seharusnya “ Engkau bermuka masam, engkau berpaling saat kedatangan orang buta ” Namun Allah berfirman: عَبَسَ وَتَوَلَّى “karena telah datang seorang buta kepadanya.” Allah jadikan hukumnya untuk orang yang tidak hadir, karena tidak pas Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam diajak bicara dengan kata-kata yang kasar dan keras, dan agar Umat ini tidak terjadi seperti itu. Allah telah mensifati kitab-Nya ini dengan lisan arab yang jelas, dan ini diantara bentuk kejelasannya.
Ayat-ayat tersebut juga mengandung dalil bolehnya menjuluki seseorang dengan pensifatan si buta, si pincak, si buta sebelah. Para ulama telah melakukannya, al-A’raj (si pincang) dari Abu Hurairah, al-A’masy (si buta sebelah) dari Ibnu Mas’ud… dan begitulah semisalnya.
Ulama mengatakan: julukan dengan penyebutan aib, jika tijuannya untuk menentukan person tertentu maka hukumnya tidak mengapa. Namun jika dimaksudkan untuk menghina seseorang maka ini haram. Karena yang pertama , jika bertujuan untuk menentukan orang tertentu maka ini dibutuhkan. Dan yang kedua: jika tujuannya menghina orang lain maka ini tidak bertujuan penjelasan namun tujuannya adalah hinaan. Ada sebuah atsar yang mengatakan: “ tidaklah hinaan ditunjukkan kepada saudaramu, melaikan Allah akan merehmatinya dan Allah menimpakan cobaan kepadamu ” (1)

(1) dikeluarkan Tirmidziy (2506) dari hadits Watsilah Bin Asqa' radhiyallaahu 'anhu, dinyatakan dha'if oleh Al-Albaniy dalam dha'iiful jaami' (6253)


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat ‘Abasa ayat 16: 11-16. Maka ketahuilah wahai Nabi Allah ! Bahwasanya (urusannya) tidak demikian sebagaimana yang telah engkau perbuat; Akan tetapi urusan semisal ini, yaitu berpaling darinya tidak dibenarkan kepada orang yang mencari petunjuk dan kebenaran, meskipun engkau beranggapan bahwa berpaling ke mereka (orang-orang kafir) menyangkut islam. Dan tidaklah pada surat ini dan yang di dalamnya ada banyak petunjuk yang memberikan nasihat dan peringatan bagimu (wahai Nabi) dan bagi siapa yang menginginkan untuk mengambil pelajaran bagi hamba-hamba Allah. Ketahuilah bahwa nasihat-nasihat ini tegas dalam lembaran-lembaran yang di muliakan dan di tetapkan (Al Qur’an). Allah tinggikan ia (Rasulullah) di sisi Allah dan dibersihkan dari kesalahan. Bahwasanya utusan-utusan Allah, Allah jadikan mereka orang-orang yang shalih antara diri-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. Dan mereka para malaikat memuliakan (bershalawat) kepadanya di sisi Allah, menuntut menjadikan utusan-Nya taat dan bersih dari dosa.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Yakni taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Bararah juga bisa diartikan baiknya hati dan amal mereka. Semua ini merupakan bentuk penjagaan Allah terhadap kitab-Nya, yaitu dengan mengutus para malaikat yang mulia dan kuat kepada para rasul, dan tidak memberikan kesempatan bagi setan untuk menyentuh atau mencurinya. Kitab ini jelas mengharuskan untuk diimani dan diterima, akan tetapi manusia tidak menghendaki selain tetap bersikap kufur. Oleh karena itu, pada ayat selanjutnya Dia berfirman, “Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!”


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat ‘Abasa Ayat 16

Para malaikat penulis itu adalah makhluk Allah yang mulia lagi berbakti. Mereka tidak pernah durhaka kepada-Nya dan tidak pula melanggar titah-Nya. 17. Allah telah menurunkan Al-Qur'an sebagai kitab yang penuh peringatan bagi manusia agar mereka mengikuti jalan Allah, tetapi celakalah manusia, alangkah jauh mereka dari rahmat Allah, alangkah kufurnya dia kepada peringatan tuhan!.


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian aneka ragam penafsiran dari banyak mufassirun terhadap isi dan arti surat ‘Abasa ayat 16 (arab-latin dan artinya), semoga membawa faidah untuk kita bersama. Support kemajuan kami dengan mencantumkan tautan menuju halaman ini atau menuju halaman depan TafsirWeb.com.

Bacaan Cukup Banyak Dilihat

Baca banyak materi yang cukup banyak dilihat, seperti surat/ayat: Al-Baqarah 165, Ali ‘Imran 185, Al-Mukminun 1-11, Al-‘Ankabut 45, Az-Zalzalah 7, An-Nur. Termasuk Al-Anbiya, Al-‘Ashr 2, An-Nisa 1, An-Nur 31, Al-Isra 24, Al-Ahzab 59.

  1. Al-Baqarah 165
  2. Ali ‘Imran 185
  3. Al-Mukminun 1-11
  4. Al-‘Ankabut 45
  5. Az-Zalzalah 7
  6. An-Nur
  7. Al-Anbiya
  8. Al-‘Ashr 2
  9. An-Nisa 1
  10. An-Nur 31
  11. Al-Isra 24
  12. Al-Ahzab 59

Pencarian: ...

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: