Surat Al-Qashash Ayat 19

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

فَلَمَّآ أَنْ أَرَادَ أَن يَبْطِشَ بِٱلَّذِى هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَا قَالَ يَٰمُوسَىٰٓ أَتُرِيدُ أَن تَقْتُلَنِى كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًۢا بِٱلْأَمْسِ ۖ إِن تُرِيدُ إِلَّآ أَن تَكُونَ جَبَّارًا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا تُرِيدُ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِينَ

Arab-Latin: Fa lammā an arāda ay yabṭisya billażī huwa 'aduwwul lahumā qāla yā mụsā a turīdu an taqtulanī kamā qatalta nafsam bil-amsi in turīdu illā an takụna jabbāran fil-arḍi wa mā turīdu an takụna minal-muṣliḥīn

Artinya: Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian".

« Al-Qashash 18Al-Qashash 20 »

Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Pelajaran Penting Terkait Dengan Surat Al-Qashash Ayat 19

Paragraf di atas merupakan Surat Al-Qashash Ayat 19 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada pelbagai pelajaran penting dari ayat ini. Terdokumentasi pelbagai penjelasan dari para ahli ilmu terkait makna surat Al-Qashash ayat 19, antara lain seperti berikut:

📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Maka tatkala Musa hendak memukul orang Qibthi itu, ia berkata “Apakah kamu akan membunuhku sebagaimana kamu telah membunuh seseorang kemarin? Kamu itu tidak ingin kecuali menjadi seorang yang melampaui batas di muka bumi. Kamu tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang mendamaikan di anatara manusia.”


📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

19. Musa hendak memukul orang Qibthi yang berbeda keyakinan dengan Musa dan orang dari Bani Israil itu. namun sepertinya orang dari Bani Israil itu lebih zalim daripada orang Qibthi, sehingga orang Qibthi itu berkata: “Hai Musa, apakah kamu hendak membunuhku sebagaimana kamu telah membunuh seseorang kemarin, sehingga membahayakan orang lain dan kembali melakukan kejahatan yang telah kamu lakukan, dan kamu tidak ingin mendamaikan dua pihak yang berselisih?”


📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

19. Tatkala Musa -'alaihissalām- hendak mencengkeram orang Qibṭi yang merupakan musuhnya dan musuhnya dan musuh orang Israil itu, orang Qibṭi tersebut mengira bahwa Musa akan memukulnya juga ketika dia mendengar Musa berkata, "Sesungguhnya engkau benar-benar dalam penyimpangan yang nyata", maka dia berkata kepada Musa, “Apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh orang kemarin, engkau tidaklah bermaksud melainkan menjadi seorang yang sewenang-wenang di bumi ini, membunuh dan menganiaya manusia, dan engkau tidak bermaksud untuk menjadi penengah di antara orang-orang yang sedang bertikai.”


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

19. فَلَمَّآ أَنْ أَرَادَ أَن يَبْطِشَ بِالَّذِى هُوَ عَدُوٌّ لَّهُمَا (Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya)
Yakni ketika ia hendak memukul orang Mesir yang merupakan musuh Musa dan Orang Israil itu karena telah menzalimi Bani Israil.

قَالَ يٰمُوسَىٰٓ( musuhnya berkata: “Hai Musa)
Yang berkata adalah orang dari Bani Israil tersebut. Ia menyangka Musa akan memukulnya.

أَتُرِيدُ أَن تَقْتُلَنِى كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًۢا بِالْأَمْسِ ۖ( apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?)
Ketika orang Mesir itu mendengar hal itu, ia langsung menyebarkannya, padahal sebelumnya tidak ada yang mengetahui.
Pendapat lain mengatakan bahwa yang mengatakan ini adalah orang Mesir yang telah mengetahui kabar pembunuhan yang dilakukan Musa.

إِن تُرِيدُ إِلَّآ أَن تَكُونَ جَبَّارًا فِى الْأَرْضِ(Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini))
Makna (الجبار) adalah orang yang berbuat sesukanya dengan memukul dan membunuh tanpa melihat akibat dari perbuatannya dan tidak membalas perbuatan orang lain dengan hal yang baik.

وَمَا تُرِيدُ أَن تَكُونَ مِنَ الْمُصْلِحِينَ(dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”)
Yakni perdamaian di antara manusia.


📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Berkata Abu 'Imran al-Juwni: diantara ciri penindas adalah senang membunuh padahal itu tidak dibernakan untuknya.


📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

19. Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu hanya berniat menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan kamu tidak hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian". Sehingga kabar ini menyebar di semua kalangan hingga sampai pada Fir’aun


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-‘Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah

{Ketika dia hendak memukul orang yang menjadi musuh mereka berdua, dia berkata} orang dari Bani Israil {“Wahai Musa, apakah kamu bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin kamu membunuh seseorang. Kamu tidak lain kecuali hanya bermaksud menjadi orang yang sewenang-wenang di bumi dan tidak bermaksud menjadi salah satu dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”


📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

18-19. Setelah terjadi pembunuhan yang dilakukannya terhadap orang yang berasal dari musuhnya, maka dia menjadi “merasa takut menunggu-nunggu di kota itu,” apakah diketahui oleh keluarga Fira’un ataukah tidak? Sebenarnya dia merasa takut, karena dia tahu bahwa tidak akan seorang pun yang berani melakukan perbiatan seperti ini kecuali Musa dari Bani Israil. Ketika dia dalam keadaan seperti itu, “maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin,” untuk melawan musuhnya, “berteriak meminta pertolongan kepadanya,” untuk melawan seorang Qibthi lain. “Musa berkata kepadanya,” seraya mencela sikap orang itu, “Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata,” maksudnya nyata kesesatannya dan menampakkan kelancangan. “Maka tatkala dia hendak memegang dengan keras,” maksudnya, Musa hendak mencengkeram dengan keras “orang yang menjadi musuh keduanya,” musuhnya dan musuh orang yang meminta pertolongan kepada Musa. Maksudnya, pada saat perkelahian sedang berlangsung antara orang dari bangsa Qibthi dan seorang berkebangsaan Israil, maka yang dari bangsa Israil ini meminta pertolongan kepada Musa, lalu jiwa kesukuan pun bangkit hingga membuat Musa bermaksud menampar orang Qibthi itu, maka “musuhnya berkata,” maksudnya orang yang dari bangsa Qibthi itu berkata kepada Musa untuk mencela tindakannya membunuh orang lain, “apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di bumi ini,” karena diantara jejak terbesar dari tindakan orang yang semena-mena di bumi ini adalah membunuh jiwa manusia dengan alasan tidak benar, “dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” Kalau tidak, dan kalau seandainya kamu menghendaki perdamaian, niscaya kamu telah melerai antara aku dengannya tanpa harus membunuh salah satu (di antara kami). Maka Musa menahan diri dari membunuhnya dan sadar karena nasihat dan tegurannya.


📚 Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Ayat 18-19
Allah SWT berfirman seraya memberitahukan tentang keadaan nabi Musa setelah membunuh orang Qibti, bahwa jadilah dia: (di kota itu merasa takut) yaitu karena apa yang telah dia perbuat (menunggu-nunggu dengan khawatir) yaitu memantau apa yang akan terjadi terkait perkara itu. Maka di jalan dia bertemu dengan orang yang dia tolong kemarin menghadapi orang Qibti. Ternyata dia sedang berkelahi dengan orang lain. Ketika orang itu melihat nabi Musa, dia meminta tolong lagi kepada nabi Musa untuk menghadapi orang lain itu. Maka nabi Musa berkata kepadanya: (Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)) yaitu, jelas kesesatannya dan banyak keburukannya. Lalu nabi Musa berniat memukul orang Qibti itu, tetapi orang Israil yang lemah dan hina itu mengira bahwa nabi Musa hendak memukulnya karena apa yang dia katakan itu. Maka orang itu membela diri: (Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?) Hal itu tidak yang mengetahuinya selain dia dan nabi Musa


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Surat Al-Qashash ayat 19: Maka ketika Musa mendekat ingin menolong laki-laki tersebut yang ia berasal dari kaumnya, laki-laki tersebut berkata : Apakah engkau ingin membunuhku juga wahai Musa, sebagaimana engkau membunuh laki-laki kemarin ?. Ia menyangka bahwa Musa juga akan membunuhnya, sebab Musa berkata kepadanya : Sungguh engkau dalam kesesatan yang nyata. Laki-laki tersebut kemudian berkata : (Apakah) engkau wahai Musa menjadi sombong di muka bumi, lakukanlah apa yang kamu inginkan, bunuhlah sebagaimana engkau inginkan, (atau) apakah yang kamu inginkan wahai Musa menjadi juru damai di antara manusia ?; Maka tersiarlah kabar Musa dan terkuak bahwasanya Musa membunuh dari kaum fir’aun. Maka mereka (dari kaum fir’aun) memerintahkan untuk membunuh Musa.


📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Selanjutnya, Nabi Musa ‘alaihis salam hendak memukul orang Qibthi itu, namun orang dari Bani Israil itu malah mengira, bahwa Musa bermaksud memukulnya ketika ia mendengar kata-kata Musa tersebut. Ia pun berkata untuk membela dirinya, “Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang?...dst.”

Maka orang Qibthi yang berada di situ mendengarnya dan mengetahui bahwa orang yang melakukan pembunuhan kemarin adalah Musa, ia pun segera pergi memberitahukan Fir’aun sehingga Fir’aun marah besar dan hendak membunuh Musa.


📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Qashash Ayat 19

Kecaman itu tidak menghalangi Nabi Musa untuk menyambut permintaan pertolongan tersebut, sebab dia yakin bahwa memang orang Mesir itu yang berlaku sewenang-wenang. Maka ketika dia yakni Musa bersiap hendak memukul dengan keras orang yang menjadi musuh mereka berdua, yakni orang Mesir itu, dia yakni musuhnya yang orang Mesir berkata, "Wahai Musa! Apakah engkau bermaksud membunuhku, sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang yang memaksakan pendapatmu di negeri ini, dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari kelompok orang-orang yang mengadakan perdamaian dan perbaikan untuk masyarakat'20. Peristiwa itu menyebar ke seluruh negeri Mesir, sampai ke telinga penguasa, sehingga mereka berencana mengambil tindakan terhadap Musa Dan yang terjadi setelah itu, seorang laki-laki yang bersimpati kepada Musa, konon ia adalah seorang keluarga Fir?aun yang beriman, datang bergegas bagaikan berlari dari ujung kota seraya berkata ketika bertemu Musa, "Wahai Musa! Sesungguhnya para pembesar dan penguasa negeri ini sedang berunding dan mengatur rencana buruk tentang engkau untuk membunuhmu, maka oleh sebab itu keluarlah dari kota ini, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang tulus dalam memberi nasihat kepadamu?


Anda belum lancar atau belum hafal al-Qur'an? Klik di sini sekarang!

Demikian pelbagai penjabaran dari berbagai ahli ilmu berkaitan kandungan dan arti surat Al-Qashash ayat 19 (arab-latin dan artinya), moga-moga membawa faidah bagi kita semua. Bantu perjuangan kami dengan mencantumkan tautan ke halaman ini atau ke halaman depan TafsirWeb.com.

Link Banyak Dilihat

Terdapat berbagai konten yang banyak dilihat, seperti surat/ayat: Al-Infithar, Az-Zariyat 56, Al-Baqarah 30, Al-Baqarah 2, Al-Isra 1, Ali ‘Imran 134. Ada pula Ali ‘Imran 133, Al-Jumu’ah 9, Al-Ahzab 21, Al-Isra 23-24, Ar-Ra’d, Al-Baqarah 186.

  1. Al-Infithar
  2. Az-Zariyat 56
  3. Al-Baqarah 30
  4. Al-Baqarah 2
  5. Al-Isra 1
  6. Ali ‘Imran 134
  7. Ali ‘Imran 133
  8. Al-Jumu’ah 9
  9. Al-Ahzab 21
  10. Al-Isra 23-24
  11. Ar-Ra’d
  12. Al-Baqarah 186

Pencarian: al imran 3 159, anabak, surat sulaiman ayat 30, al hujurat 49:12, surat anazia

Surat dan Ayat Rezeki

GRATIS Dapatkan pahala jariyah dan buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah". Caranya, copy-paste text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga (3) group WhatsApp yang Anda ikuti:

Nikmati kemudahan dari Allah untuk memahami al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik nama suratnya, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar penjelasan lengkap untuk ayat tersebut:
 
👉 tafsirweb.com/start
 
✅ Bagikan informasi ini untuk mendapat pahala jariyah

Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol di bawah: